Jumat, 25 April 2014

PROSES KEHIDUPAN BERBUAH KEDEWASAAN


Seorang teman megatakan tentang kepribadian temannya “ Sebenarnya Parjo (nama alias) itu orangnya kaku dan keras hati namun karena agamanya dia tidak berani mengeraskan hatinya”. Penilaian temanku terhadap si Parjo ini di dasari dengan kemampuan temanku melihat batin seseorang dengan naluri yang sudah dipelajarinya selama ini.
Aku tidak menanggapi itu dengan dengan serius hanya  aku berfikir dan merenung : Bijaksanakah tindakan si Parjo atau Kepribadian si Parjo itu hanya sebuah topeng keagamaan.
Renunganku menempatkan si Parjo sebagai orang oarng yang bijaksana, karena secara psikologi dia sudah bisa mengalahkan ego pribadinya diganti dengan standart moral agama yang di yakininya. Dugaanku proses itu berlangsung sangat panjang dengan banyak benturan, pukulan, kebangkitan, perjuangan dan liku- liku kehidupann lainnya. Dari proses inilah pribadi si Pajo terbentuk, pribadi yang sangat menghargai kehidupan dan menempatkan hidup ini untuk kehidupan itu sendiri. Jika mengutip tek kitab suci dari
Yakubus 2 : 20 "Hidupku bukan aku lagi melainkan Kristus yang hidup didalamku".
Kehidupan ini bukan semata – mata mengisinya untuk kesenangan pribadi tapi juga kesenangan dan kebahagian orang lain atau makhluk hidup lainya. Jadi ketika hidup seseorang sudah biasa selaras dengan lingkungan dan alam semestanya, maka apa yang menjadi tindakan dan fikirannya seperti cermin yang akan memancarkan aura posistif bagi sekitarnya.
Aura posistif ini hasil dari proses Menepatkan Allah dipusat edar pikiran kita, dan  hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, karena faham modern melihat bahwa kekuatan otak dan pribadi manusia bisa mengubah segalanya. Namun jika kita renungakan siapa Diri kita??, apakah kita lebih indah dari awan dilangit? Rasanya khok tidak. Apakah kita lebih cemerlang dari tetes embun dipagi hari? Terlalu berlebihan. Atau anda merasa lebih berwarna dari pelangi? Narsis deh !!.
Hidup adalah sesuatu yang indah tetapi keindah hidup ini bukan sesuatu yang harus disombongkan dengan membandingkan dengan keindahan – keindahan dunia ini. Keindahan hidup ini adalah saat kita mampu mengenali siapa diri kita dan apa yang Tuhan kehendaki terhadap kita untuk kehidupan ini.
Si Parjo adalah contoh kecil tentang memaknai hidup, dia mampu membuat orang lain tersenyum, mencari solusi setiap kali lingkungan sekitar melihat subuah masalah. Dengan senyum dia selalu berusaha rendah hati, biarpun sebagian orang menilai dia sudah di injak – injak. Harga diri bukan sesuatu yang harus diperjuangkan tetapi sebuah nilai yang disematkan orang lain kerena kebaikan universal yang telah dilakukannya atau kontribusi seseorang tehadap kemajuan kehidupan ini.
Kemudian melakukan kebaikan dengan alas an apapun bagiku bukan sebuah topeng namun perilaku atas pancaran hati orang tersebut. Jadi kalau aura atau pancaran hati seseorang itu terang maka kebaikan akan terjadi dalam perilakuknya namun jika pancaran hati seseorang penuh kekalutan maka yang ada hanya kecemburuan iri hati kedengkian dan macam – macam hal negatif lainnya.
Topeng kebaikan itu bisa dikatakan topeng jika seseorang itu hanya sesaat saja atau temporer melakukan kebaikannya setelah maksudnya tercapai maka dia akan berlaku sebaliknya atau malah lebih kejam lagi dari sebelumnya. Sedangkan perilaku kebaikan adalah kebaikan yang dilakuan terus - menerus tanpa ada pamrih apapun, atau seandainya ada pamrih semua itu demi kebaikan sesama dan membuat kehidupan ini semakin baik.  Parjo adalah sedikit orang baik dari banyak  orang yang bertopeng , namun andai yang sedkit ini tidak ikut tercemar dengan keburukan dunia ini mungkin dunia ini masih bisa diselamatkan. Tapi jika yang Cuma sedikit ini semakin terkikis oleh arus modernisasi, maka kita- kita yang merasa bermoral ikut bertanggung jawab atas dosa mereka.

Daniel Kurniadi***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar