HOME SWEET HOME.
Setelah sembilan bulan menempati rumah baru, seminggu ini aku merasakan kenyamanan tinggal dirumah mungilku. Rumah berpagar tembaga berulir khas ornamen mediterania, dengan teras semijadi karena belum kami pasangi plafon, juga ada sedikit tanaman cabe di teras rumah mempermanis tampilan rumah kami.
Aku dan istriku adalah pasangan muda yang belum dikarunia putra atau paling tidak sampai sekarang sedang berjuang buat hadirnya seorang Daniel Yunior. Dengan kondisi ini memang rumah kami masih sepi, kalau malam hanya suara katak dan jengkrik menghiasi rumah kami. Kadang kalau kami berantem yang terdengar hanya suara nada – nada sumbang kami berdua dengan intonasi tinggi mendiskusikan masalah yang akan diselesaikan.
Pagi ini aku bangun karena alarm di HP sudah memanggil – manggil mengingatkan aku harus kerja. Kubuka pintu belakang rumah, dan memang pintu belakangku langsung menghadap hamparan sawah dan kebun tebu khas masyarakat Sukodono – Sidoarjo. Hari ini sawah belakang rumah memasuki masa menanam, dikejauhan tampak traktor bermesin diesel mengaduk aduk tanah sawah supaya gembur, lebih dekat kearahku tampak sekelompok ibu – ibu menanam padi yang tampak lucu dengan pantat bergoyang - goyang mundur.
Hari ini rasanya aku bahagia sekali, rasanya rumah kecilku ini persis seperti yang aku mimpikan saat aku kecil. Bagiku saat aku membaca tentang liburan lima sekawan dirumah nenek atau saat aku baca cerpen petualangan Temon dari majalahku, rumah ideal itu tidak bising, dekat dengan alam, tidak sempit. Rasanya merasakan musim menanam dibelakang rumah juga ditemani istriku yang cantik adalah kebahagian yang sangat aku syukuri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar