Senin, 14 Januari 2013

ESSAI

IRONI BESAR PELUKIS TERKENAL

Sengaja sebelum menulis artikel ini, ada pertanyaan yang penulis sampaikan kepada rekan - rekan kantor; “tahukah teman – teman tentang seorang pelukis bernama Raden Saleh ?’, hampir semua teman kantor menjawab tidak tahu, satu orang menjawab Raden Saleh itu seorang pelukis aliran naturalis selebihnya dia tidak tahu, dan satu orang lagi menjawab waktu sekolah SMP dulu pernah ada materi pelajaran tentang Raden Saleh tetapi dia tidak ingat mata pelajaran apa itu. Teman ini cuma mengingat tokoh Raden Saleh dengan pakaian tradisional dan penutup kepala blangkon, juga dia mengingat yang tercetak dibuku pelajaran itu lukisan harimau bertarung dengan kerbau.
Dua hari kemudian penulis memasang print out lukisan raden Saleh pada kalender meja dan di desktop komputer di depan penulis, semua dilakukan dengan harapan yang sama; mendapatkan komentar tentang Raden Saleh dan lukisannya. Harapan itu tidak semuanya sia – sia, paling tidak ada juga menanyakan; “gambar apa itu?”, ada juga yang mengomentari “khok bagus lukisannya.”. Ternyata hanya itu yang penulis dengar dari rekan sekantor, begitu sederhana namun jelas menunjukkan betapa sedikitnya masyarakat yang tahu lukisan Raden Saleh apalagi mengenal karakter pelukisnya. Sungguh ironi inilah yang terjadi terhadap sosok maestro seni lukis Indonesia. Raden Salah yang sangat dikenal daratan eropa ternyata tidak mendapat tempat dinegerinya sendiri.
Berangkat dari percobaan kecil tadi penulis mulai membuat kerangka tulisan dengan sebuah analisa – analisa sederhana. Fenomena popularitas Raden Saleh, yang begitu dikenal dieropa namun asing dinegerinya sendiri.
Analisa pertama, tentang apresiasi masyarakat eropa yang sudah lebih tinggi terhadap suatu karya seni, periode ini sudah dimulai sejak jaman renaissance ( Abad XV - XVI ). Arti Renaissance adalah lahir kembali maksudnya manusia mulai memiliki kesadaran baru yang menutamakan nilai - nilai kemanusiawian. Suasana dan budaya berfikir kembali seperti filsafat Yunani, dimana sebuah karya manusia baik itu berupa teori ilmiah ataupun karya seni itu dinilai pada strata yang tinggi untuk dihargai.
Pada jaman ini di eropa karya seni banyak mengalami perkembangan, sedangkan di nusantara masyarakat masih hidup dalam kemiskinan karena penjajahan Belanda. Masyarakat Nusantara belum sampai pada tahap mengapresiasi karya seni tapi masih berkutat seputar perjuangan fisik melawan Belanda, bahkan masyarakat Nusantara masih belum bisa mengorganisir perjuangan pembebasan secara masif. Pada masa itu apresiasi karya seni merupakan hal yang sangat intelek seperti peribahasa jauh asap dari panggangan.
Analisa kedua, pilihan obyek serta tema lukisan oleh Raden Saleh sangat orisinil bagi orang eropa. Seandainya digolongkan dalam gaya melukis, Raden Saleh termasuk aliran naturalis. Gaya naturalis lebih menonjolkan penggambaran objek lukisan semirip mungkin dengan aslinya, hanya saja kekuatan tema yang membuat lukisan Raden Saleh begitu dikagumi. Misalnya lukisan dengan thema penangkapan Pangeran Diponegoro itu sangat kuat nuansa tradisi Jawa dengan obyek kesetian pengikut pangeran yang meratapi penangkapan beliau. Juga busana yang dipakai sang pangeran dengan pengikutnya yang juga sangat khas jika dibanding dengan seragam tentara Belanda yang berciri eropa. Kekuatan tradisi timur yang dituangkan dalam lukisan sangat mempesona masyarakat pecinta seni eropa.
Ini mengingatkan penulis dengan pengalaman menikmati pameran foto dengan tema : Surabaya Tanpa Batas, fotografer yang berpameran salah satunya dari Perancis. Dari sekian banyak foto yang dipamerkan, karya fotografer perancis terkesan sangat biasa tidak bisa menyentuh rasa penikmat foto di Surabaya. Kemudian dalam forum diskusi baru penulis sadar bahwa mengamati Surabaya menurut orang Orang Perancis dan orang asli Surabaya sangat berbeda.
Analisa ketiga, karkater sang pelukis yang sangat terbuka dalam memperkenalkan dirinya di eropa, ini bisa dilihat dari sejarah Raden Saleh yang sempat mengunjungi beberapa negara di eropa dan bergaul luas dengan semua golongan masyarakat disana. Suasana eropa yang masih diliputi oleh faham nasionalisme sempit tidak menyurutkan semangat Raden Saleh memperkenalkan dirinya lewat lukisan. Dan hal ini pula yang membuat budaya Jawa semakin dikenal di Eropa, juga semangat pembebasan dari belenggu kolonialisme semakin bergaung di masyarat eropa.
Akhirnya Raden Saleh adalah gambaran salah satu Ironi besar yang ada dimasyarakat Indonesia yang masih memuja materialisme. Membandingkan masyarakat eropa dan Indonesia dalam hal kesejahteraan seperti bumi dan langit. karena Eropa jauh lebih mapan sedang Indonesia masih baru merintis kemapanan itu. Sehingga wajarlah masyarakat Indonesia mengabaikan Raden Saleh dan lebih mengenal pejabat yang korup namun tetap berlimpah kekayaan. ( Daniel Kurniadi )
* Pernah diikutkan lomba menulis esssai tingkat nasional "Mengenang Raden Saleh"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar