Senin, 14 Januari 2013

ESSAI

SANG LEGENDA

Visi Melintasi Tradisi

Suatu hari Raden saleh menerima surat dari sahabatnya seorang pelukis Belanda, dalam surat itu sahabatnya mengabarkan kalau dia sedang  sakit. Sahabatnya itu meminta Raden Saleh untuk mengunjunginya. Maka berangkatlah Raden Saleh kerumah sahabatnya, alangkah terkejut Raden Saleh ketika mendapati didalam rumah terdapat peti mati lengkap dengan karangan bunga. Raden Saleh menangis sedih didepan peti yang didalamnya ada seorang belanda terbaring lengkap dengan busana kebesaran khas orang eropa, Raden Saleh meratapi kematian sahabatnya itu.
Tiba – tiba dalam kesedihannya Raden Saleh  merasa pundaknya ada yang memegang, saat menoleh betapa terkejutnya dia karena sahabatnya tersebut sudah berdiri dihadapannya. Dia bingung bagaimana mungkin sahabatnya sudah berdiri didepannya?, ternyata sahabatnya sedang memamerkan kemahiran melukis potret diri sehingga Raden Saleh pun tidak bisa membedakan lukisan dirinya didalam peti yang tampak seperti nyata.
Setelah berbincang – bincang sahabatnya menawarkan Raden Saleh untuk menginap dirumahnya. Pagi hari sehabis mandi,  sahabat Belanda itu marah – marah karena melihat sandalnya tertukar sebelah dengan bakiak Raden Saleh. Dia mendatangi Raden Saleh serta menanyakan tentang sandalnya. Tetapi sahabat Belanda ini kaget, ternyata bakiak Raden Saleh tetap sepasang dan tidak tertukar. Raden Saleh tersenyum serta meerangkan kalau sandal yang beda sebelah itu cuma lukisan, akhirnya mereka berdua tersenyum bersama.
Itulah cerita yang pernah penulis dengar dari seorang guru seni rupa saat penulis masih duduk dibangku SMP. Tidak tahu dari mana sumbernya tapi sang guru menjelaskan bahwa Raden Saleh merupakan sosok seniman yang memperjuangkan harga diri bangsa Indonesia ini lewat lukisannya. Dia tidak mau kalau rakyat Indonesia selalu dianggap bodoh sehingga dengan gaya bercanda dengan lukisan sandal yang tertukar dia ingin menunjukan bahwa lukisannya tidak kalah dengan lukisan orang Belanda .
Itulah kali pertama penulis mendengar cerita tentang seorang pelukis bernama Raden Saleh. Setelah itu penulis mencoba mencari lagi kisah – kisah tentang Raden Saleh, Dalam benak penulis waktu itu gambaran Raden Saleh seperti Ki Hajar Dewantara seorng pejuang pendidikan. Sedikit – demi sedikit penulis mulai mengenal sang maestro senirupa Indonesia ini biarpun sumbernya sedikit sekali. Menurut penulis, tokoh Raden Saleh ini layak dimasukkan dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia dibidang kesenian
Raden Saleh yang keturunan pribumi sempat belajar cukup lama di Eropa, hal ini membuat Raden Saleh mengalami dekulturisasi dalam dirinya, Suatu pengalaman yang menguji kedewasaan seseorang; bisakah dia menjadi dirinya sendiri atau malah memilih menjadi sosok baru cerminan dari lingkungan barunya di eropa. Namun Raden Saleh bisa menunjukkan bahwa dia memiliki karakter yang sangat kuat, bisa dibuktikan dalam sejarah hidupnya yang selalu membuat kesan rendah hati, menyenangkan dan murah senyum khas karakter masyarakat Jawa. Selain itu pilihan terakhir hidupnya untuk kembali ke Pulau Jawa juga cerminan betapa Raden Saleh sangat mencintai negerinya, walaupun di Eropa dia mendapat kehidupan yang lebih mapan.
Semangat dan rasa nasionalisme Raden Salehlah yang perlu diteladani oleh generasi muda sekarang ini. Semangat seorang seniman yang hidup dalam masyarakat Jawa yang masih belum peduli terhadap karya seni, berusaha menekuni kemampuan berkesenian dengan serius. Menunjukkan betapa visi kedepan Raden Saleh yang berusaha mengajak masyarakat berfikir lebih maju lewat lukisan, jauh melampaui fikiran masyarakat awam kala itu.
Juga kecintaan Raden Saleh terhadap tanah kelahirannya tersirat dari keseriusannya mengangkat tradisi Jawa dalam lukisannya. Seperti lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro, dilukiskan Pangeran Diponegoro dengan pakaian kebesarannya yang bercirikan pemimpin Jawa juga para pendukung setia Pangeran yang meratapi penangkapannya masih memakai pakaian adat jawa dengan penutup kepala khas orang jawa. Semua ini merupakan pencerminan karisma Raden Saleh seorang bangsawan Jawa yang tidak mau memasung fikirannya dengan budaya Eropa tempat dimana dia belajar berkesenian. Mungkin bagi Raden Saleh semangat kemerdekaan bangsa Indonesia harus diperjuangan dari semua bidang termasuk bidang kesenian.
 Semangat Raden Saleh inilah yang harusnya diangkat dari bangsa ini, dimana masyarakat selalu beranggapan yang beraroma luar negeri selalu baik, dan engan untuk menggali potensi positif bangsanya sendiri. Padahal bangsa Indonesia ini penuh dengan potensi potensi positif yang masih belum tergarap baik. Juga Karakter yang kuat untuk tetap berjuang dan tidak cepat merasa puas dengan sesuatu yang sudah didapat, membuat seseorang tetap berjuang dan tidak berpangku tangan . Karena kesadaran tentang arti hidup yang bermakna bukan hanya untuk diri sendiri tetapi saat kehidupan itu bisa berarti buat orang lain, semoga.(Daniel Kurniadi)
* Pernah diikutkan lomba penulisan essai tingkat nasional "Mengenang Raden Saleh"

ESSAI

IRONI BESAR PELUKIS TERKENAL

Sengaja sebelum menulis artikel ini, ada pertanyaan yang penulis sampaikan kepada rekan - rekan kantor; “tahukah teman – teman tentang seorang pelukis bernama Raden Saleh ?’, hampir semua teman kantor menjawab tidak tahu, satu orang menjawab Raden Saleh itu seorang pelukis aliran naturalis selebihnya dia tidak tahu, dan satu orang lagi menjawab waktu sekolah SMP dulu pernah ada materi pelajaran tentang Raden Saleh tetapi dia tidak ingat mata pelajaran apa itu. Teman ini cuma mengingat tokoh Raden Saleh dengan pakaian tradisional dan penutup kepala blangkon, juga dia mengingat yang tercetak dibuku pelajaran itu lukisan harimau bertarung dengan kerbau.
Dua hari kemudian penulis memasang print out lukisan raden Saleh pada kalender meja dan di desktop komputer di depan penulis, semua dilakukan dengan harapan yang sama; mendapatkan komentar tentang Raden Saleh dan lukisannya. Harapan itu tidak semuanya sia – sia, paling tidak ada juga menanyakan; “gambar apa itu?”, ada juga yang mengomentari “khok bagus lukisannya.”. Ternyata hanya itu yang penulis dengar dari rekan sekantor, begitu sederhana namun jelas menunjukkan betapa sedikitnya masyarakat yang tahu lukisan Raden Saleh apalagi mengenal karakter pelukisnya. Sungguh ironi inilah yang terjadi terhadap sosok maestro seni lukis Indonesia. Raden Salah yang sangat dikenal daratan eropa ternyata tidak mendapat tempat dinegerinya sendiri.
Berangkat dari percobaan kecil tadi penulis mulai membuat kerangka tulisan dengan sebuah analisa – analisa sederhana. Fenomena popularitas Raden Saleh, yang begitu dikenal dieropa namun asing dinegerinya sendiri.
Analisa pertama, tentang apresiasi masyarakat eropa yang sudah lebih tinggi terhadap suatu karya seni, periode ini sudah dimulai sejak jaman renaissance ( Abad XV - XVI ). Arti Renaissance adalah lahir kembali maksudnya manusia mulai memiliki kesadaran baru yang menutamakan nilai - nilai kemanusiawian. Suasana dan budaya berfikir kembali seperti filsafat Yunani, dimana sebuah karya manusia baik itu berupa teori ilmiah ataupun karya seni itu dinilai pada strata yang tinggi untuk dihargai.
Pada jaman ini di eropa karya seni banyak mengalami perkembangan, sedangkan di nusantara masyarakat masih hidup dalam kemiskinan karena penjajahan Belanda. Masyarakat Nusantara belum sampai pada tahap mengapresiasi karya seni tapi masih berkutat seputar perjuangan fisik melawan Belanda, bahkan masyarakat Nusantara masih belum bisa mengorganisir perjuangan pembebasan secara masif. Pada masa itu apresiasi karya seni merupakan hal yang sangat intelek seperti peribahasa jauh asap dari panggangan.
Analisa kedua, pilihan obyek serta tema lukisan oleh Raden Saleh sangat orisinil bagi orang eropa. Seandainya digolongkan dalam gaya melukis, Raden Saleh termasuk aliran naturalis. Gaya naturalis lebih menonjolkan penggambaran objek lukisan semirip mungkin dengan aslinya, hanya saja kekuatan tema yang membuat lukisan Raden Saleh begitu dikagumi. Misalnya lukisan dengan thema penangkapan Pangeran Diponegoro itu sangat kuat nuansa tradisi Jawa dengan obyek kesetian pengikut pangeran yang meratapi penangkapan beliau. Juga busana yang dipakai sang pangeran dengan pengikutnya yang juga sangat khas jika dibanding dengan seragam tentara Belanda yang berciri eropa. Kekuatan tradisi timur yang dituangkan dalam lukisan sangat mempesona masyarakat pecinta seni eropa.
Ini mengingatkan penulis dengan pengalaman menikmati pameran foto dengan tema : Surabaya Tanpa Batas, fotografer yang berpameran salah satunya dari Perancis. Dari sekian banyak foto yang dipamerkan, karya fotografer perancis terkesan sangat biasa tidak bisa menyentuh rasa penikmat foto di Surabaya. Kemudian dalam forum diskusi baru penulis sadar bahwa mengamati Surabaya menurut orang Orang Perancis dan orang asli Surabaya sangat berbeda.
Analisa ketiga, karkater sang pelukis yang sangat terbuka dalam memperkenalkan dirinya di eropa, ini bisa dilihat dari sejarah Raden Saleh yang sempat mengunjungi beberapa negara di eropa dan bergaul luas dengan semua golongan masyarakat disana. Suasana eropa yang masih diliputi oleh faham nasionalisme sempit tidak menyurutkan semangat Raden Saleh memperkenalkan dirinya lewat lukisan. Dan hal ini pula yang membuat budaya Jawa semakin dikenal di Eropa, juga semangat pembebasan dari belenggu kolonialisme semakin bergaung di masyarat eropa.
Akhirnya Raden Saleh adalah gambaran salah satu Ironi besar yang ada dimasyarakat Indonesia yang masih memuja materialisme. Membandingkan masyarakat eropa dan Indonesia dalam hal kesejahteraan seperti bumi dan langit. karena Eropa jauh lebih mapan sedang Indonesia masih baru merintis kemapanan itu. Sehingga wajarlah masyarakat Indonesia mengabaikan Raden Saleh dan lebih mengenal pejabat yang korup namun tetap berlimpah kekayaan. ( Daniel Kurniadi )
* Pernah diikutkan lomba menulis esssai tingkat nasional "Mengenang Raden Saleh"