CITA CINTA DI GUNUNG KELUD
Akhirnya kesampaian juga cita – cita untuk melakukan perjalanan ke Gunung Kelud. Sebagai penghobby Petualangan Rimba yang sudah menjelajah banyak gunung di Nusantara ini alangkah naifnya jika Gunung Fenomenal seperti Gunung Kelud belum pernah terjejaki. Gunung kelud yang terletak di perbatasan Kabupaten Kediri dan Blitar ( dari rumahku hanya sekitar 100 Km ) menjanjikan sebuah pemandangan yang cukup menakjubkan.
Pagi itu hari jumat 23 Maret 2012 tepat hari raya Nyepi tahun baru Saka 1934. aku memang berencana merayakan ulang tahun pertama perkawinan kami versi kalender tahun saka ( karena perkawinan kami pas hari raya Nyepi 2011 ). Setelah istriku selesai memasak untuk sarapan pagi aku segera berkemas untuk keperluan petualangan kami. Segera aku mengambil 1set Tenda, Jaket dakronku, tas 70 liter, jas hujan, senter, buku catatan dan uang saku secukupnya.
Kurang lebih pukul 10.00 kami berangkat dari rumah di Sukodono – Sidoarjo. Kami memilih Rute Dari Sidoarjo – Mojokerto – Mojoagung – Ngoro – Pare – Plosoklaten – Wates – Ngancar – Puncak Kelud. Rute ini kita lewati dengan berbocengan Motor kesayanganku Yamaha Jupiter tahun 2001 dengan kondisi bensin Full Tank . Sambil menikmati pemandangan motor melaju dengan kecepatan kira – kira 80 Km/jam ( belum pasti karena spidometernya mati ). Ditiap tempat aku memberi informasi secukupnya pada istriku, seperti pasar baru Krian, juga tentang situs purbakala Trowulan, Gereja pertama di Jawa Timur GKJW Mojowarno juga info – info ringan lainnya, maklum istriku termasuk suku ”Krasan neng Omah”.
Di pertigaan Ngoro kami berhenti untuk istirahat, bekal yang kami bawa dari rumah dibuka untuk kami santap. Wow.. mak Nyus.... Makan nasi yang masih hangat ditambah dengan sayur kenikir dibumbu santan ditambahkan juga udang. Ini resep buatan istriku sendiri lho.. Klo aku mengomentari masakan ini rasanya kayak Sayur Kepiting, biarpun tanpa kepiting. Aku juga heran rasanya khok bisa kayak kepiting ya, mungkin aroma khas kenikir bercampur dengan aroma udang plus gurihnya santan kelapa membuat kenikmatan itu jadi maksimal.
Makan siang di pertigaan Ngoro ini berakhir tepat saat selesainya sholat Jumat. Selanjutnya kami meneruskan perjalanan dengan terlebih dahulu menambah isi tangki bensin di SPBU Ngoro, hanya dengan Rp 10 ribu tangki bensin jupiterku sudah penuh lagi. Satu Jam perjalanan hujan mulai turun saat itu kami sudah masuk kota Pare, kami memutuskan untuk berteduh dulu karena persiapan jas hujan hanya 1 set. Sambil berteduh saya mencari info tentang rute selanjutnya ke Gunung Kelud dari Masyarakat sekitar. Setelah hujan reda perjalanan kami lanjutkan dengan mengikuti petunjuk arah yang terpasang di Jalan – jalan.
Ketika pantat sudah mulai panas kami sudah memasuki wilayah Kecamatan Wates, dari sini jalan mulai menajak dengan cukup ektrim. 30 menit berlalu kami mulai memasuki kawasan wisata Gunung Kelud, Pintu gerbang itu masuk wilayah Kecamatan Ngancar – Kediri setelah melapor untuk berkemah di Gunung Kelud kami berhenti sejenak sembari membeli makanan ringan buat persiapan nanti malam.
Seidkit pengamatan di pintu masuk saya baru bisa memahami mengapa gunung Kelud diperebutkan antara kabupaten Kediri dan abupaten Blitar. Selama ini Kabupaten Kediri yang serius membenahi akses menuju kelud dan Pemda sudah merasakan keuntungan lewat pemasukan dari para wisatawan walaupun puncak gunung berada di Kabupaten Blitar. Dan sekarang Pemda Kabupaten Blitar sedang menyiapkan rencana membangun akses jalan menuju kelud sekaligus mempromosikan paket wisata Gunung Kelud dan Candi Penataran.
Puncak Kelud ditutupi kabut saat motor Jupiterku memasuki areal parkir, petugas security sedikit heran dengan rencanaku untuk bermalam dipuncak Kelud. Dugaan saya keheranan itu timbul karena aku Cuma berdua dengan istriku biasanya mereka yang bermalam selalu dalam kelompok besar. Jadilah kami bermalam dipuncak kelud dengan ketinggian 1700m dpl, yang sempat memakan banyak korban disetiap erupsinya. Malam itu kami menikmati pemandangan senja di puncak Kelud, feelingku menangkap visualisasi yang menarik untuk difoto. Dengan kamera Nikon DSLR d40 dan lensa kit aku mengabadikan moment senja itu bersama istriku. Bermain – main dengan Asa karena objek sekitar gelap juga mengutak - atik diafragma sampai bukaan maksimal, dengan dibantu lighting lampu jalan yang memancarkan cahaya kuning serta Flash internal kamera, aku berexperimen dan istriku jadi modelnya. Malam itu aku mendapat kepuasan luar biasa ada beberapa foto dramatis yang dapat aku peroleh.
Pagi hari pukul 05.00 alarm di HP Nokia ku berbunyi,segera aku bangun dan melenturkan otot dengan senam – senam ringan. Sambil menghirup kesegaran udara pagi kuajak istriku menuju ke kubah lava baru Gunung Kelud pasca letusan 2008, saat melewati terowongan lahar istriku agak takut sehingga dia menggandeng tanganku kencang. Setelah memasuki terowongan sekitar 40 m mulai terlihat cahaya dari ujung lorong, dipintu keluar kami bertemu dengan rekan WANADRI yang sedang melakukan panjat tebing di Gunung Kelud. Kami berbincang sejenak sekedar berbagi informasi tentang Gunung Kelud, perjalanan kami lanjutkan menuruni anak tangga menuju kubah lava baru ( dulu berbentuk danau sekarang menjadi gunung baru ). Kami berjalan santai sambil berbincang sesekali aku megambil foto panorama disekitar kubah lava.
Setelah puas menikmati pemandangan Gunung Kelud kami berkemas dan meneruskan perjalanan menuju makam Proklamator Republik Indonesia Ir. Soekarno.
Dari Kelud menuju Blitar kami harus melewati jalan yang berliku – liku, naik turun, jalan berbatu., yang paling seru adalah saat melewati sungai lahar. Di rute ini Adrenalin dipompa dengan kencang karena sepeda motor harus melewati aliran sungai yang mengalir kencang biarpun dengan debit air yang tidak terlalu besar. Istriku ketakutan di rute ini karenanya dia sempat minta turun dari motor. Perjalanan melewati perkebunan coklat, kopi dan tebu dengan beberapa kali bertanya sampailah di lokasi Candi Penataran. Di candi penataran kami tidak bersinggah tapi kami singgah di rumah saudara yang rumahnya berdekatan dengan candi.
Dipersinggahan kami mendapat sarapan nasi pecel Blitar yang terkenal lezat, kamipun sempat mandi dan berbincang sejenak dengan Pak Lek Muaji saudara sepupu ibuku. Pak lek banyak cerita seputar Gunung Kelud dan konflik yang terjadi antara Pemda Blitar dan Pemda Kediri belakangan ini. Karena istriku mengeluh kurang sehat kami segera perpamitan untuk meneruskan perjalanan ke Sidoarjo. Karena kami memilih Rute lewat Malang maka kami singgah di Makam Bung Karno untuk berziarah mengenang Tokoh Nasional Indonesia, disini aku sempat mengabadikan beberapa foto juga dibantu oleh penjaga makam kami foto berduaan dengan latar belakang makam Sang Proklamator. Dalam ziarahku aku berdoa semoga anakku kelak bisa menjadi anak yang berkarakter kuat serta sanggup menjadi Tulang punggung bagi negara dan bangsanya. Amin.
****( Daniel Kurniadi )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar